Pengertian Sombong Dalam Islam - Kitab Al-Adab Al-Mufrad
Bersama Pemateri :
Ustadz Syafiq Riza Basalamah
Pengertian Sombong Dalam Islam merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. dalam pembahasan Kajian kitab Adabul Mufrad karya Imam Bukhari Rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 22 Jumadal Awwal 1440 H / 29 Januari 2019 M.
Download juga kajian sebelumnya: Kedudukan Akal dan Wahyu Dalam Islam
[sc:status-adabul-mufrad-ustadz-syafiq-riza-basalamah-2014]Kajian Ilmiah Tentang Pengertian Sombong Dalam Islam – Kitab Al-Adab Al-Mufrad
Al-Imam Bukhari mengatakan:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ : حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ الْقَاسِمِ أَبُو عُمَرَ الْيَمَامِيُّ قَالَ : حَدَّثَنَا عِكْرِمَةُ بْنُ خَالِدٍ قَالَ : سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : مَنْ تَعَظَّمَ فِي نَفْسِهِ ، أَوِ اخْتَالَ فِي مِشْيَتِهِ ، لَقِيَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ
“Musaddad menceritakan kepada kami, ia berkata: Yunus bin al-Qasim Abu ‘Umar al-Yamami menceritakan kepada kami, ia berkata: Dari ‘Ikrimah bin Khalid, ia berkata, “Aku mendengar Ibnu ‘Umar dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, ‘Barangsiapa merasa besar pada dirinya atau congkak dalam jalannya, dia akan menjumpai Allah ‘Azza wa Jalla dalam keadaan murka kepadanya`”
Subhanallah, siapa yang menganggap dirinya itu hebat, menganggap dirinya indah, sempurna, merasa agung, lupa dengan nikmat yang Allah berikan kepada dia. Baik merasa besar karena tubuhnya yang indah, karena wajahnya yang cantik, yang tampan atau karena jabatan yang tinggi, atau karena apa saja yang menyebabkan dia merasa besar. Jika perasaan itu datang, kita harus memeranginya karena perasaan itulah salah satu bentuk perangkap-perangkap iblis.
Dan kita tahu, apabila Allah murka:
اعْلَمُوا أَنَّ اللَّـهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. Al-Maidah[5]: 98)
Tatkala engkau melihat jabatanmu tidak berguna, harta engkau kumpulkan tidak bermanfaat, ilmu yang engkau pelajari tidak memberikan bantuan untuk engkau pada hari kiamat, ketika engkau mendapatkan kitabmu dengan tangan kiri. Dan kita tahu:
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ ﴿٢٥﴾ وَلَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ ﴿٢٦﴾ يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ ﴿٢٧﴾ مَا أَغْنَىٰ عَنِّي مَالِيَهْ ۜ ﴿٢٨﴾ هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ ﴿٢٩﴾
“Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini). Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku daripadaku”.” (QS. Al-Haqqah[69]: 30)
Ketika itu engkau menyesal. Jabatanmu, kedudukanmu, kekuasaanmu di dunia tidak berguna untukmu. Sekarang di dunia bisa berguna untukmu. Tapi nanti, hartamu tidak ada manfaatnya. Semuanya ditinggal.
Kita bisa melihat orang-orang yang berkuasa dengan kekuasaan yang begitu hebatnya, bertahun-tahun dia berkuasa. Semua tunduk kepada perintah dia. Kelak pada hari kiamat engkau datang tanpa pakaian sehelaipun. Engkau dibangkitkan dalam kondisi telanjang dan orang-orang yang sombong akan lebih dihinakan lagi pada hari kiamat.
Maka yang dapat jabatan, yang dapat kedudukan, yang dapat harta, saya pesan satu, ingatlah semua itu dari Allah. Allah mengatakan:
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّـهِ
“Tidak ada satupun nikmat yang ada pada dirimu, melainkan itu dari Allah” (QS. An-Nahl[16]: 53)
Kalau engkau ingin berbahagia, kata Allah:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّـهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا
“Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.” (QS. Yunus[10]: 58)
Gembiranya itu karena karena rahmat Allah, karena karunia Allah. Sehingga engkau akan mengatakan, “Alhamdulillah”. Engkau akan mengatakan, “Semuanya ini dari Allah, aku hamba yang lemah yang tidak memiliki apa-apa.” Kalau Allah mau cabut, lisan yang kita gunakan untuk berbicara, Allah tinggal cabut. Kalau Allah ingin mencabut kedua bola mata yang dengannya kita bisa memandang, Allah tinggal cabut. Bahkan saat ini Allah bisa melakukan. Maka janganlah sombong. Coba engkau buka hatimu kembali. Adakah perasaan-perasaan yang lebih besar yang kemudian merendahkan orang lain? Merasa lebih hebat dari yang lainnya, lebih alim dari yang lainnya?
Nabi Musa ‘Alaihissalam ketika ditanya oleh Bani Israil, “Apakah ada yang lebih alim dari engkau?” Nabi Musa mengatakan, “Tidak” Akhirnya Allah sebutkan bahwa ada yang lebih alim dari diri Nabi Musa. Allah mengajarkan kepada Nabi Musa dan mengajarkan kepada kita sebagai umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa ada yang lebih alim dari kita.
Hadits no. 550
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ ، عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ مُحَمَّدٍ ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا اسْتَكْبَرَ مَنْ أَكَلَ مَعَهُ خَادِمُهُ ، وَرَكِبَ الْحِمَارُ بِالْأَسْوَاقِ ، وَاعْتَقَلَ الشَّاةَ فَحَلَبَهَا
‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah menceritakan kepada kami dari ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad, dari Muhammad bin’Amr, dari Abu Salamah: Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Tidaklah sombong orang yang makanbersama pelayannya, menunggani keledai di pasar-pasar, dan memegang pengikat kambing lalu memerah susunya`”
Sombong adalah sifat yang bermukim di hati. Tapi kesombongan itu biasanya muncul dalam perbuatan dan etika. Kita terkadang melihat orang yang nampak aroma kesombongan muncul dari dirinya. Maka di sini Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan beberapa arahan untuk meredam sifat sombong kita.
Maka di sini disebutkan bahwa tidaklah sombong orang yang dia mau makan bersama pembantunya, mau makan bersama budaknya. Sekarang, pada urusan makan, orang sombong itu tidak mau makan di warung yang kecil. Kalau dia makan di warung yang bagus pun, pembantunya atau sopirnya disuruh makan di tempat lain atau di meja yang lainnya. Kenapa dia tidak makan bersama di satu meja?
Subhanallah, ketika kita makan dengan dia, kita mengangkat diri dia dan kita merendah menjadi seperti dia yang sebenarnya tidak ada perbedaan kita dengan supir, dengan pembantu dan yang lainnya.
Itu menunjukkan engkau tidak sombong, tidak angkuh. Orang yang mau makan dengan orang yang lebih rendah. Dan ini adalah terapi untuk kita yang sombong. Makan bersama orang miskin, makan dengan orang yang jabatannya rendah, dan seterusnya.
Kedua, dan dia mengendarai himar di pasar. Himar ini termasuk tunggangan yang paling rendah. Tunggangan yang paling mahal pada waktu itu adalah kuda dan unta merah. Itu kendaraan orang-orang fulus. Maka disebutkan kalau ada orang kaya, Masya Allah dia naik keledai ke pasar dan dilihat banyak orang, ini menunjukkan ketawadhuan dia. Karena kalau dia naik itu, dia tidak bisa sombong. Dia merasa rendah dengan kendaraan yang dia naiki.
Kita bisa melihat orang yang naik motor yang murah dengan yang naik motor harga satu miliar, gayanya beda. Memang motor itu dibentuk untuk menunjukkan keangkuhan. Memang bukan berarti yang naik itu angkuh. Cuma orang yang naik itu gayanya kelihatan.
Maka yang terbiasa naik motor bagus, yang biasa naik mobil mewah, sekali-kali engkau punya mobil yang tidak mewah. Pakaian juga seperti itu, sandal juga seperti itu, untuk melatih. Memang menggunakan mobil bagus bukanlah kesombongan. Tapi ada orang yang melatih diri untuk tidak sombong dengan cara dia mengendarai kendaraan yang murah.
Ketiga, dan dia mengapit kambing lalu memeras susunya. Jadi dulu orang kalau hendak memeras susu kambing itu diapit kaki kambing itu dengan kedua pahanya. Orang melakukan ini menunjukkan sikap kerendahhatian dia.
Jadi ada pekerjaan-pekerjaan yang mungkin kalau kita lakukan menunjukkan kita tidak sombong atau melatih diri kita untuk tidak sombong.
Download mp3 kajian ilmiah tentang Pengertian Sombong Dalam Islam – Kitab Al-Adab Al-Mufrad
Podcast: Play in new window | Download
Jangan lupa untuk membagikan rekaman kajian ini ke saudara-saudara kita atau teman-teman kita baik itu melalui Facebook, Twitter, Google+, atau media yang lainnya agar kebaikan ini tidak berhenti begitu saja. Jazakumullahu khairan
[stumble]
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46734-pengertian-sombong-dalam-islam-kitab-al-adab-al-mufrad/